Rabu, 06 September 2017

catatan kecil

disaat semua sibuk meraup uang, aku ga tau apa yang harus aku lakukan sekarang. duduk dengan sebotol air putih, cari-cari lowongan kerjaan, streaming film. bersyukur dengan hidup ini. dengan apa yang aku alamin sekarang. setidaknya, aku sudah mencari pekerjaan, menjual jasa foto, berharap ada uang tambahan untuk pacaran, meskipun belum punya pacar. aku selalu membayangkan aku diposisi enak, dengan jabatan baik, gaji bagus, rate harga fotoku yang mahal, bsia terekenal bisa diandelin sama semua orang. aku selalu berharap ketika sukses nanti, orang datang minta bantuan untuk dapat pekerjaan, dan aku berharap aku bisa bantu mereka semua. aku ingin juga kaya mereka, punya pekerjaan, punya pasangan, menikah, punya anak, papa mamanya sempat mereasakan itu. ya buat orang lain, dengan keadaan ku sekarang khayalan. tapi buaut aku, enggak. Tuhan Yesus mengajarkan aku buat menaruh harapanku padaNYA. bukan aku yang bilang, makanya aku sekarang melakukannya. aku taroh "khayalan", mimpiku padaNYA. kalo orang lain bisa hidup enak, akupun pasti bisa. aku bukan orang malas, aku bukan orang jahat. semua pasti indah. ya ini catatan kecilku, yang suatu saat ketika aku buka kembali, hidupku pasti sudah jauh lebih baik. Tuhan tidak hanya mendengar, tapi membaca. aku yakin. AMIN.

Selasa, 05 September 2017

celoteh

menunggu mengajarkan aku sebuah kesabaran. kesaabran menanti mengikis keakuan besar harapanku, tapi aku tau ini tidak akan sia-sia. setiap manusia memiliki rasa, dan aku pernah dapat rasa itu. seperti manis, seuatu kelak manis itu pasti aku rasakan kembali dan bahagianya adalah aku menunggu dengan tujuan yang pasti. bukan dengan angan-angan, tapi dengan rasa yang aku akan bagi, dan kita jalani. aku bukanlah pemimpi siang bolong. aku percaya itu.

belajar dari kesabaranku.

ketika semua orang menyalahkannya, aku selalu berusaha melupakan kesalahannya. tak perduli kata maaf dari mulutnya. mungkin ini bodohnya, ku biarkan dia belajar dari sebuah kesabaran yang ku beri hingga akhirnya aku hanya bisa bersabar untuk menunggu lagi.

sedang tak bersama

sepotong roti secangkir teh matahari tak menjadi intro hariku. Kelabu datang sebagai pengganti kuning tapi itu disini. mungkin kuning itu ada disana dan kau tak perlu teh hangat. kita sedang tidak bersama.

Selasa, 29 Agustus 2017

Setelah kemarin.

Hari ini adalah dua hari setelah kejadian itu. Kejadian itu adalah hari setelah tiga tahun. Entah mengapa harapan itu rusak dengan kesempatan itu. Aku adalah orang yang kemarin menunggumu. Kejadian kemarin membuat hatiku bergetar, sedih melebihi batas logikaku. Aku yang mengharapkan kau datang dan menemaniku kembali, kini pergi dengan segala rasa kerasmu. Tiga tahun menunggu tak membuatku letih sebetulnya, aku belajar melupakan salahmu, aku belajar tak perduli dengan apa yang kau lakukan waktu itu. Tapi, kau me-remind semua yang sikapmu. Aku bisa apa? Setelah kejadian itu aku berpikir aku bisa apa setelah ini? Sampai akhirnya aku sadar, aku hanya bisa berdoa dan melupakan salahmu kembali. Mungkin, menunggu bukanlah harga yang sesuai untuk mendapatkan mu kembali. Mungkin, menunggu bukanlah cara yang tepat untuk menunjukan perasaan ini padamu.

Omnivora

Kamu yang terbuat dari endapan emosi dengan rasa buah. Packagingmu menarik rasa laparku kembali. Ketika ku makan, aku tak dapat merasakan sedapnya. Harusnya segar, tapi emosi ini tak dapat ku cerna. Aku omnivora, pemakan logika sendiri.

Tiga tahun sudah dari perpisahan itu.

Tiga tahun sudah dari perpisahan itu. Kemarin membawa kesempatan itu kembali. Kemarin membawa udara itu dihadapanku. Tiga tahun sudah dari perpisahan itu. Sekarang merakit kesedihan yang baru. Sekarang menghapus riang sementaraku. Tiga tahun sudah dari perpisahan itu. Dikhayalku, menunggumu adalah sebuah usaha yang dapat kau lihat. Dikhayalku, menunggumu adalah sebuah pengorbanan yang dapat meluluhkanmu.