Rabu, 20 April 2016

Dari Aku

Kamu... Kamu yang larut dalam nuansa kebahagian dulu, dan tetap ku iringi langkahnya. Kamu yang menyatu dengan udara yang ku hempas, tetap menggerayangi pikiranku. Setiap cerita yang kau mulai, sekarang kau tinggalkan tanpa senyum di akhirnya. Aku... Aku yang menghitung setiap ketukan irama, menunggu tanda masuknya lagu baru. Aku yang sekarang hanya dapat bercerita tentang indahnya bulu merak pada masa depanku. Embun yang ku rasa kemarin, tak sesegar hari ini. Kita... Kita pernah menjadi pemeran utama dalam cerita yang kita buat sendiri. Kita pernah menjadi manik - manik untuk menhiasi kendi yang dibuat dengan teliti. Menjaga agar raut sendu tak merusak keindahan Tuhan. Tertawa... Tertawa kini tak sama dengan kemarin, atau kemarin yang membuat kita lebih tertawa. Tertawa melupakan atau menghindari sekarang, atau aku yang menhindari sekarang, dan kamu? kamu tertawa. Terlalu lupa untuk merembukan akhirnya, sehingga kita tak sepaham akan akhirnya, dan tertawa. (Aku yang tak mampu membuat kata - kata lebih supaya tembok ini mengerutkan keningnya, karena aku tetap ingin menjaga keindahan Tuhan tetap tersenyum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar