Rabu, 04 Maret 2015

ASA

Seakan berada diruang yang hampa udara namun dapat bernafas. Saya melihat sekuntum bunga dengan tetesan embun, ia dapat tumbuh dengan indahnya. Melihat sekelilingku, semua tertutup rapat. Gelap yang hampir sempurna, namun ada setitik cahaya yang lolos dari celah pintu yang terkunci. Bergerak bebas namun terbatas, berbicara namun hanya suaraku yang kudengar. Hanya melihat dalam bahagia khayalan. Tidak kosong, aku ditemani setitik cahaya dan bunga itu. Ya bunga itu terus senyum menatapku, cahaya itu memberi ketenangan dalam hampa. Kamu mau kemana? Tidak, aku tidak tahu. Aku lelah, aku jenuh disini. Aku ingin melihat warna lain, selain kalian. Mengapa kamu diam? katakan sesuatu ... Terlalu banyak kata, tetapi malah membuat saya tak dapat berbicara. Terlalu sedikit keberanian untuk berkata. Iya, aku tak punya nyali seperti singa. Diam itu bukan emas, diam hanya itu tak bersuara. Tak bersuara itu tak terdengar. Berharap hati yang mendengar, namun hati tak bertelinga. Ketika pitu terbuka, segeralah berlari. Lari sejauh yang kamu bisa. "kapan, berapa lama lagi?", gumamku. haha hanya bergumamkan, tak mampu bertindak. Saya bukan tak mampu, tenagaku habis untuk menunggu. Gairahku larut dalam jenuhku. Mungkin saya belum siap melihat terang, mungkin saya belum mengerti warna lain. Terkurung dalam kelambu, meranggkak dalam jaring pola pikir. Selama waktu berjalan, harapan selalu tumbuh. Selama dunia berputar, proses berjalan. Selama sinar masuk, bunga itu tetap tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar