Senin, 23 Maret 2015
Celoteh
Semua berawal dari SATU? Tidak menurut saya, dari NOL.
NOL diisi dengan SATU, lalu dilanjutkan menjadi DUA.
Namun DUA itu tidaklah sempurna. Sampai akhirnya berkuranglah nilai genap itu.
Bertahan? Ya, semua ingin bertahan, menahan, namun? Namun apa?
kaliamat karena yang tak perlu di ungkapkan.
Terpisah di saat langit meneteskan airnya. Terpisah disaat matahari tertutup awan.
Coba? Ya aku coba berucap, namun sosok itu tetap berlalu.
Berlalu menyatu dengan bilangan ganjil lainnya. Tidak ada kapur yang dapat menggarisi langkahnya.
Tertegun, merasa bodoh karna tak dapat bertinfak.
Tidak, aku telah berusaha menarik perhatiannya dengan benang yang ku punya.
Tak lama, terputus. Setelah ku sadar, aku hanya punya benang.
Benang itu tak kuat. Aku tak punya tambang. Aku pun tak mau mengikatnya dengan tambang karna sakit yang dia akan rasa.
Menoleh sebentar, berlalu cepat.
Harapku, bolehkah disini sebentar saja, paling tidak sampai pelangi itu mucul?
Rabu, 04 Maret 2015
ASA
Seakan berada diruang yang hampa udara namun dapat bernafas.
Saya melihat sekuntum bunga dengan tetesan embun, ia dapat tumbuh dengan indahnya.
Melihat sekelilingku, semua tertutup rapat.
Gelap yang hampir sempurna, namun ada setitik cahaya yang lolos dari celah pintu yang terkunci.
Bergerak bebas namun terbatas, berbicara namun hanya suaraku yang kudengar.
Hanya melihat dalam bahagia khayalan.
Tidak kosong, aku ditemani setitik cahaya dan bunga itu.
Ya bunga itu terus senyum menatapku, cahaya itu memberi ketenangan dalam hampa.
Kamu mau kemana? Tidak, aku tidak tahu.
Aku lelah, aku jenuh disini. Aku ingin melihat warna lain, selain kalian.
Mengapa kamu diam? katakan sesuatu ...
Terlalu banyak kata, tetapi malah membuat saya tak dapat berbicara.
Terlalu sedikit keberanian untuk berkata. Iya, aku tak punya nyali seperti singa.
Diam itu bukan emas, diam hanya itu tak bersuara.
Tak bersuara itu tak terdengar.
Berharap hati yang mendengar, namun hati tak bertelinga.
Ketika pitu terbuka, segeralah berlari.
Lari sejauh yang kamu bisa.
"kapan, berapa lama lagi?", gumamku. haha hanya bergumamkan, tak mampu bertindak.
Saya bukan tak mampu, tenagaku habis untuk menunggu. Gairahku larut dalam jenuhku.
Mungkin saya belum siap melihat terang, mungkin saya belum mengerti warna lain.
Terkurung dalam kelambu, meranggkak dalam jaring pola pikir.
Selama waktu berjalan, harapan selalu tumbuh.
Selama dunia berputar, proses berjalan.
Selama sinar masuk, bunga itu tetap tumbuh.
Langganan:
Postingan (Atom)