Selasa, 29 Agustus 2017

Setelah kemarin.

Hari ini adalah dua hari setelah kejadian itu. Kejadian itu adalah hari setelah tiga tahun. Entah mengapa harapan itu rusak dengan kesempatan itu. Aku adalah orang yang kemarin menunggumu. Kejadian kemarin membuat hatiku bergetar, sedih melebihi batas logikaku. Aku yang mengharapkan kau datang dan menemaniku kembali, kini pergi dengan segala rasa kerasmu. Tiga tahun menunggu tak membuatku letih sebetulnya, aku belajar melupakan salahmu, aku belajar tak perduli dengan apa yang kau lakukan waktu itu. Tapi, kau me-remind semua yang sikapmu. Aku bisa apa? Setelah kejadian itu aku berpikir aku bisa apa setelah ini? Sampai akhirnya aku sadar, aku hanya bisa berdoa dan melupakan salahmu kembali. Mungkin, menunggu bukanlah harga yang sesuai untuk mendapatkan mu kembali. Mungkin, menunggu bukanlah cara yang tepat untuk menunjukan perasaan ini padamu.

Omnivora

Kamu yang terbuat dari endapan emosi dengan rasa buah. Packagingmu menarik rasa laparku kembali. Ketika ku makan, aku tak dapat merasakan sedapnya. Harusnya segar, tapi emosi ini tak dapat ku cerna. Aku omnivora, pemakan logika sendiri.

Tiga tahun sudah dari perpisahan itu.

Tiga tahun sudah dari perpisahan itu. Kemarin membawa kesempatan itu kembali. Kemarin membawa udara itu dihadapanku. Tiga tahun sudah dari perpisahan itu. Sekarang merakit kesedihan yang baru. Sekarang menghapus riang sementaraku. Tiga tahun sudah dari perpisahan itu. Dikhayalku, menunggumu adalah sebuah usaha yang dapat kau lihat. Dikhayalku, menunggumu adalah sebuah pengorbanan yang dapat meluluhkanmu.